Teori tektonik lempeng
Menurut teori tektonik lempeng, bagian luar bumi merupakan kulit yang
tersusun oleh lempeng-lempeng tektonik yang saling bergerak yang mana
pada lapisan bagian atas disebut litosfir dan bagian bawah litosfir
disebut astenosfir. Litosfir ini bukan merupakan suatu kesatuan tetapi
terpisah-pisah dalam beberapa lempeng yang masing-masing bergerak dengan
arah dan kecepatan yang berbeda-beda
Hal-hal yang perlu diketahui tentang teori tektonik lempeng adalah sebagai berikut:
1. Kulit bumi kita padat, dingin, dan terapung di atas lapisan mantel.
2. Pemanasan yang terus-menerus pada lapisan inti bumi.
3. Gerakan dasar batuan yang meleleh.
Sulawesi Sebagai Daerah Tektonik
Sebagai akibat dari tumbukan dan konvergensi tiga lempeng utama, Wilayah
Indonesia bagian timur dikatakan sebagai zona geodinamika yang kompleks
dan dikenal dengan sebutan triple junction.
Akomodasi tumbukan tersebut diantaranya adalah
1. Sesar Palu Koro
2. Sesar Matano
3. sesar saddang
4. sesar Gorontalo
Terjadinya pulau Sulawesi
Menurut para ahli Geologi, bahwa terbentuknya pulau Sulawesi yang
terjadi secara alamiah oleh proses alam, memang berbeda dengan proses
terbentuknya pulau-pulau yang lain di Negara Kepulauan Nusantara ini,
bahkan hanya beberapa pulau di dunia yang mempunyai kesamaan dalam
proses terbentuknya. Pulau Sulawesi terbentuk dari proses Endogen, yaitu
proses yang terjadi karena adanya Pengangkatan dari dalam perut bumi.
Artinya pembentukan pulau Sulawesi terjadi dengan sendirinya, tidak
seperti pulau-pulau lain yang proses pembentukannya merupakan hasil
Patahan/Pelepasan Daratan dari suatu Daratan Utama/Benua. Seperti pulau
Jawa yang dulunya bersatu dengan pulau Sumatra dan bersatu dengan
Malaysia terus ke daratan Asia. Pulau Kalimantan dulunya bersatu dengan
sebagian daerah Malaysia terus ke Philipina terus ke daratan Asia. Pulau
Maluku dulunya bersatu dengan Irian Jaya (kini Papua) bersatu dengan
Papua New Guinea terus ke daratan Australia. Hal ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya persamaan flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) di antara
masing-masing wilayah tersebut. Berbeda halnya dengan pulau Sulawesi
yang memang dulunya terbentuk dengan sendirinya dari proses Endogen.
Jadi pulau Sulawesi terbentuk bukan dari proses perpisahan daratan oleh
proses alam dari dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia apalagi
benua-benua lain. Hal ini terbukti dari ada beberapa jenis flora dan
fauna yang tidak ada samanya di dunia, sebagai contoh hewan Anoang
(sejenis hewan Rusa) dan hewan Kerbau Belang (Tedong Bonga) di Tana
Toraja.
Proses Tektonik Yang Membentuk Pulau Sulawesi
Mungkin anda masih ingat tentang pelajaran Geografi di Sekolah Dasar
maupun Sekolah Menengah Pertama, bahwa fauna di pulau Sulawesi
sungguhlah unik. Fauna di sana seperti perpaduan antara fauna dari
daerah Asia dengan fauna dari daerah Australia. Mengapa demikian ? Dalam
sejarah geologi yang panjang, Sulawesi terbentuk sebagai hasil tumbukan
2 jalur daratan yang mengapung. Pembentukan daratan yang baru membawa
dampak : ekologi yang unik. Setiap lempeng menempatkan jejak yang masih
dapat ditemui hingga kini. Beberapa spesies yang hidup di danau Matano (
sebuah danau di pulau Sulawesi ), seperti kepiting Parathelphusidae memiliki kerabat dekat dengan yang ada di selat Torres Australia ; ikan Telmatherinid masih berhubungan dengan daratan Papua ; jenis dari lempeng Pasifik terdapat ikan Glossogobius ; dan Asia menyumbangkan ricefish.
Studi di wilayah ini menambah daftar keunikan hayati kawasan Wallacea,
yang berasal dari sebuah garis maya yang membagi wilayah fauna bagian
barat dan timur melalui laut dalam.
Berikut skema terbentuknya Pulau Sulawesi
EOSEN ( 65-40 juta tahun yang lalu )
Proses pembentukan pulau Sulawesi yang unik telah melalui proses yang
juga unik yaitu hasil akhir dari sebuah kejadian apungan benua yang
diawali 65 juta tahun lalu. Saat itu ada 2 daratan yaitu cikal bakal
kaki Sulawesi Tenggara dan Timur, dan cikal bakal kaki Sulawesi Selatan,
Barat dan Utara. Kedua apungan daratan itu terbawa bergerak ke barat
menuju Borneo ( sekarang bernama Kalimantan ). Proses tumbukan akibat
apungan lempeng benua itu menyebabkan kedua daratan itu mulai terkumpul
menjadi satu daratan baru.
MIOSEN ( 40-20 juta tahun yang lalu )
Pada zaman ini pergerakan lempeng kearah barat disertai dengan
persesaran yang menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim bentuk
daratan. Bagian tengah ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau
pergeseran, sebuah proses yang lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi
di kedua ujung atas dan bawahnya ( daratan utara dan selatan ). Proses
tektonik berlangsung kuat di daerah yang tertekuk itu sehingga
menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis batuan yang berasal dari
lingkungan pengendapan yang berbeda.
PLIOSEN ( 15-6 juta tahun yang lalu )
Hingga zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu terus berlangsung,
bahkan apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan
Kalimantan lalu berhenti di sana. Persesaran yang telah mulai sejak
zaman Miosen masih terus berlangsung, bahkan berdampak apada pemisahan
kelompok batuan dari kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok batuan
sekitar danau Matano. kedua kelompok batuan ini meski lokasinya
berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.
PLITOSEN ( 4-2 juta tahun yang lalu )
Pada zaman ini mulai berlangsung fenomena baru, yaitu proses pemekaran
dasar samudra di laut antara Kalimantan dan Sulawesi ( sekarang dikenal
dengan selat Makasar ). Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal
bakal atau pulau Sulawesi purba. Dan pulau Sulawesi purba ini kembali
bergerak ke timur menjauhi Kalimantan. kecepatan gerakan apungan di atas
lempeng benua adalah peristiwa yang berlangsung perlahan namun
konsisten dengan laju beberapa centimeter pertahun.